Kamis, 23 Agustus 2018

Resensi Novel "Pergi" Karya Tere Liye


Judul Novel : PERGI
Penulis : Tere Liye
Co-author : Sarippudin
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2018
Berat Buku : 450gr
Jumlah Halaman : 459 halaman

Novel ini merupakan sekuel dari novel Pulang. Bagi yang sudah membaca novel Pulang pasti akan dibuat penasaran dengan kelanjutan cerita di novel ini. Novel ini ber-genre action dan banyak sekali adegan-adegan yang sangat membuat penasaran. Tokoh-tokoh di novel ini masih sama dengan novel pulang, seperti Bujang, Salonga, Master Dragon, White serta si kembar Yuki dan Kiko. Bahkan ada salah satu tokoh dari Novel lain, contohnya Thomas, ia merupakan salah satu tokoh dalam novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk. Saat membaca cerita ini saya merasa seperti sedang diajak berkeliling dunia. Karena, ceritanya memiliki setting di banyak negara, seperti Mexico, Singapura, Jepang, Spanyol, Rusia, Hongkong hingga Makau.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan Bujang setelah diangkat menjadi Tauke Besar di Keluarga Tong. Keluarga Tong merupakan salah satu penguasa penguasa Shadow Economy dari 8 penguasa Shadow Economy di Asia Pasifik. Apa itu Shadow Economy? Apakah Shadow Economy ini benar-benar ada dikehidupan nyata? Itu merupakan pertanyaan yang selalu saya pertanyakan ketika membaca novel Pulang maupun Pergi. Saya pun sampai mencari tahu di internet tentang Shadow Economy ini.

Novel ini juga menceritakan kehidupan Bujang setelah ditinggal orang-orang terdekatnya, seperti Mamak, Bapak, dan ayah angkatnya atau Tauke Besar lama. Bahkan ia juga dikhianati oleh kawannya sendiri, yaitu Basyir (semua cerita ini terdapat di novel Pulang). Bujang yang sekarang diangkat menjadi Tauke Besar pun tinggal di markas keluarga Tong yang berada di ibu kota.

Seperti novel-novel Tere Liye lain yang selalu membuat penasaran dan selalu terdapat keajaiban di akhir cerita. Novel ini pun memiliki banyak kejutan yang tidak terduga dan membuat penasaran. Salah satunya adalah hadirnya seorang sosok bertopeng misterius yang mengetahui nama asli Bujang, karena hanya beberapa orang yang mengetahui nama asli Bujang. Bujang alias Si Babi Hutan alias Agam. Siapakah sosok bertopeng itu? Perlahan-lahan pun terungkap siapakah dibalik sosok bertopeng itu. Dan ternyata berhubungan dengan masa lalu Samad, Bapaknya Bujang.

Di novel ini juga, Bujang harus berhadapan dengan Master Dragon. Master Dragon merupakan pimpinan tertinggi dari 8 penguasa Shadow Economy. Banyak sekali pertarungan hidup-mati yang harus dihadapi Bujang selama menjadi Tauke Besar. Dan kemanakah Bujang akan pergi?

"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan kemana langkah kaki akan dibawa Pergi."

Novel ini sangat menarik, membuat penasaran, dan banyak sekali adegan-adegan yang tidak terduga. Novel ini tidak hanya bercerita tentang pertarungan-pertarungan saja, tetapi ada juga tentang permasalahan keluarga bahkan agama. Dan saya sangat suka dibagian-bagian membaca surat. Dan karena novel ini saya jadi menyukai salah satu lagu asal Spanyol yang berjudul Historia De Un Amor. Saya sarankan jika ingin membaca Pergi, terlebih dahulu membaca Pulang. Agar lebih mengerti jalan ceritanya. Namun, tidak semua kalangan usia bisa membaca ini, meskipun tidak ada agedan-adegan dewasa. Namun, cerita di novel ini akan sulit dimengerti jika dibaca oleh anak 15 tahun kebawah.

Berikut beberapa kalimat yang saya kutip dari novel ini:

"Padre, usiaku sekarang 18 tahun. Aku sudah tahu apa itu cinta sejati, tapi aku tidak tahu apa implikasi dari cinta sejati tersebut. Mendengar kisah Padre, aku sepertinya bisa membayangkan situasinya, Padre pernah jatuh cinta --dan masih-- kepada gadis lain. Sementara bagi Mama, Padre adalah cinta pertama sekaligus terakhirnya." (Halaman 278).

"Apakah memang langit ada batasnya? Ternyata tidak juga. Karena segala sesuatu pasti akan ada akhinya. Apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihan hidupku? Apakah aku benar-benar bangga dengan seluruh yang pernah aku lakukan? Akan berakhir di halte mana perjalanan hidupku?" (Halmana 388).

"Mamak dulu memang diam-diam mengajariku ilmu agama, aku bisa membaca kitab suci, bahkan tuisan Arab gundul. Aku bisa shalat, aku hafal sedikit banyak nasihat agama, dan sebagainya, tapi setelah berpuluh tahun hidup di Keluarga Tong, situasinya tidak mudah. Aku dibesarkan di Keluarga penguasa Shadow Economy. Aku bisa menjaga perut dari alkohol, babi dan semua makanan haram lainnya, tapi bisnis Keluarga Tong adalah Shadow Economy." (Halaman 88-89).

Sekian dan terima kasih, Selamat Membaca!




12 komentar: